Senja Berpelangi

 

aku melihat pelangi!

di antara rinai hujan sore itu

berlatar langit kelam kelabu

indah..

 

aku melihat pelangi!

menemani perjalanan menutup hari

sunyi, ditengah riuh pemakai jalan senja tadi

saling menyusul seolah dipaksa waktu

 

hey, tidakkah kau melihatnya?

pelangi itu ada dua. iya, dua. indah bukan?

ah, mungkin kamu tak akan acuh

sibuk mengejar duniamu

 

tak apalah, yang jelas senja tadi

aku (masih) melihat pelangi!

 

———————————————–

teruntuk aku dan kamu yang masih menikmati cipta-Nya ditengah lelahnya dunia

Mungkin sudah jadi salah satu kebutuhan manusia untuk rindu. Pada lembutnya hembusan angin di padang edelweiss. Atau celoteh anak-anak di jalanan pasar sore itu. Atau pada kekasih yang mungkin belum bertemu. Ya, terkadang kita rindu untuk merindu.

Putih Pekat

putih pekat

putih

Sebetulnya sedang ingin kembali menjadi putih. Saat semuanya berawal. Saat warna-warni itu belum hinggap. Saat kita sama-sama tak menyangka akan pernah diketemukan. Saat coret-coret hitam itu belum menghiasi hari-hari kita. Putih. Saat aku dan kamu tak pernah punya cita, asa, ataupun sekedar angan. Begitupun harap.

Mustahil, tentu. Karena semua telah digariskan.

Daripada lelah mencari cara untuk kembali menjadi putih, jauh lebih bijak menutupinya dengan warna yang kamu mau. Apapun. Yang penting kamu suka. Begitupun aku. Maka kita sama-sama mensyukurinya. Saat langit memerah sendu di senja nanti.

Hey! ayo jadikan putih ini..

pekat.

—————-

ngomong-ngomong, izinkan blog ini kembali putih, ya? -senyum-